Novel Late Night Talk by dhiera

Novel Late Night Talk by dhiera
Photo by rakhmat suwandi / Unsplash

Novel Late Night Talk by dhiera – Kesara Nanindra, gadis yang duduk di bangku kuliah jurusan Arsitektur itu punya masalah insomnia serius yang membuatnya rutin terjaga di malam hari.

Sulit bagi Kesa untuk menyingkirkan insomnianya karena hal itu berhubungan dengan masa lalu yang sulit dia singkirkan

Demi mengisi waktu di malam hari, Kesa memilih menjalankan sebuah akun podcast bernama ‘Bunga Teratai’ yang rutin menemani malam-malam pendengarnya.

Berkat podcast itu Kesa menjadi dekat dengan pemilik akun @Nero_001 serta cowok di kampusnya yang bernama Lingga. Hal itu memantik kecemburuan dan overprotective Arya, sahabat baik Kesa yang selama ini selalu menjaganya.

Teaser Novel Late Night Talk

“Gak ada salahnya milih buat jadi mandiri,

Milih buat ngelakuin apa-apanya sendiri.

Tapi gak ada salahnya juga sesekali cari bahu buat sandaran bentar aja,

Sebelum berdiri lagi buat kembali menantang hari.”

- Podcast Bunga Teratai Ep.18: “Memilih Sendiri” -

***

Kalau dipikir-pikir, mengagumkan bagaimana malam hari dapat bercerita lebih banyak tentang kepribadian orang lain dibandingkan siang hari. Saat matahari berada di atas kepala, orang-orang terlalu tampak sibuk untuk terlihat sebagai versi terbaik dirinya. Membiarkan hanya gelapnya malam yang mengetahui hal-hal lain yang mereka anggap kurang elok, jauh dari pandangan-pandangan yang mungkin akan menghakimi.

Misalkan saja Cindy yang duduk di baris kedua dari depan sana. Meski terkenal dengan kecantikannya yang tampak natural, kita tidak tahu bagaimana ia mungkin saja menghabiskan waktu malamnya dengan puluhan skincare untuk merawat kulitnya.

Contoh lainnya Ferdinand, sang mahasiswa kesayangan dosen yang tidak pernah dapat nilai di bawah A dari semester satu. Entah sampai jam berapa ia terjaga tiap malam untuk melahap setumpuk jurnal dan buku acuan yang diberikan dosen.

Atau Arya yang saat ini tengah asyik mendengkur di sebelah kirinya padahal dosen masih sibuk menjelaskan di depan.

Yah, kalau yang satu ini tidak perlu dipertanyakan, sih. Paling-paling pemuda itu begadang menemani Kak Dani bermain PES semalaman atau membantu Galang memilih lagu baru untuk di-cover di laman YouTube-nya. Sebagai teman kecil merangkap sahabat terdekat sang pemuda, Kesa sudah hafal di luar kepala soal kebiasaan-kebiasaan Arya tersebut.

“Apa lo liat-liat?”

Kesa memutar bola matanya malas sambil kembali memfokuskan pandangan kepada dosen. Sebenarnya, Arsitektur Modern yang menjadi mata kuliah pagi ini bukan kesukaannya, tapi sang gadis menolak untuk menyahuti sahabatnya yang terdengar tengah menguap tersebut.

“Kalo suka mah bilang aja. Jangan diliatin doang,” ujar sang pemuda sambil setengah berbisik agar tidak mengganggu jalannya kelas.

“Najis,” jawab Kesa dengan cepat yang lantas membuat Arya terkekeh. “Lagian lo anak Teknik Sipil ngapain sih di kelas gue?”

“Dih, emang gak boleh gue ikut belajar Arsitektur?” Arya membela diri, tampak tidak mengindahkan tatapan sinis yang dilemparkan Kesa kepadanya.

“Ya bukannya gak boleh. Tapi kan–”

“Nah, ya udah. Sekarang diem, ntar ketauan dosen.”

Kesa berdecak dan memilih untuk kembali acuh atas apapun yang akan dilakukan pemuda di sampingnya tersebut. Toh, ini sebenarnya bukan kali pertama Arya datang dan ikut menghadiri kelasnya secara ilegal.

Dari sudut matanya, sang gadis dapat melihat tangan Arya yang terjulur mengambil cup berisi Iced Americano miliknya yang diletakan dekat kaki. Pemuda itu tampak menyedot isinya sedikit sebelum wajahnya mengernyit dan memasang ekspresi jijik.

“Bleh, gak enak.”

“Gak ada juga yang nyuruh lo minum, sih.”

Arya lekas kembali mengembalikan cup tersebut ke tempat semula sambil masih mengecap-ngecap mulutnya, mungkin berusaha menghilangkan rasa pahit akibat minuman tersebut, “lo kenapa sih ngerasa perlu minum kopi tiap pagi?”

Mengetahui ke mana arah pembicaraan pemuda tersebut, Kesa memilih bungkam sambil pura-pura kembali memperhatikan dosen.

“Sebenernya, kalo semalem lo nyoba tidur walaupun sejam, lo gak bakal butuh kopi buat—“

“Arya, stop,” ujar Kesa penuh penekanan, “masih pagi. Gak usah ngajak ribut.”

Sang gadis tahu bahwa sahabatnya tersebut pasti masih ingin mendebatnya perkara ‘kopi sebagai sarapan’ atau perkara waktu tidurnya. Tapi Kesa juga tahu bahwa Arya mengerti dirinya akan menjadi sangat defensive dan pembicaraan ini akan berujung mereka akan mendiamkan satu sama lain sepanjang hari.

“Sori, Kes. Gue gak maksud. Gue cuma–”

“Khawatir.” Sang gadis lebih dulu memotong ucapan sang pemuda, “Iya, gue tau. Gak apa-apa.”

Dari sampingnya, Kesa dapat mendengar Arya menggumam sebagai respons atas perkataan sang gadis barusan. Setelahnya, tidak ada lagi tukar pembicaraan di antara mereka. Sang gadis hanya sempat melihat Arya mengeluarkan ponsel dari saku celana jeans-nya kemudian mengenakan wireless earbud kesayangan sahabatnya tersebut.

Penasaran bercampur waswas, sang gadis melirik ke arah ponsel Arya untuk melihat apa yang hendak didengarkan pemuda itu. Ia setengah berharap bahwa Arya tidak akan memutar apa yang ia takutkan.

Namun, tentu saja Arya akan selalu menemukan seribu cara untuk menguji kesabarannya. Sesaat setelah melihat sang pemuda membuka aplikasi Spotify, Kesa berusaha dengan sigap merampas ponsel milik Arya. Meski begitu, sang gadis masih kalah cepat. Sahabatnya tersebut sudah lebih dahulu menjauhkan ponselnya jauh dari jangkauan Kesa.

“Arya, ih!” ujar Kesa dengan nada yang agak keras, menyebabkan beberapa teman sekelasnya menatapnya dengan sinis, jelas merasa terganggu. Dengan senyum kikuk, ia pun melontarkan permintaan maaf tanpa suara ke arah mereka. Mendengar Arya yang kembali terkekeh membuat Kesa tidak perlu susah-susah menoleh untuk mengetahui bahwa pemuda tersebut menikmati apa yang tengah terjadi.

Kembali memindahkan fokusnya pada Arya, Kesa melempar tatapan galak sambil berusaha kembali menggapai ponsel sang pemuda yang kini diletakkan Arya di bangku kosong yang berada di sebelah kirinya, “lo ngapain sih dengerin gituan!?”

“Gituan apaan, sih, Kesara? Lagian ini HP gue, terserah dong gue mau dengerin lagu kek, podcast kek,” balas Arya yang jelas-jelas sengaja meledeknya.

Oh, Tuhan, kalau saja dirinya tidak sedang berada di dalam kelas, mungkin sang gadis telah melemparkan bogem mentah ke wajah Arya yang menyebalkan itu. Tapi pada akhirnya, Kesa memilih untuk menyerah dan menyimpan tenaganya untuk menghajar sahabatnya itu saat istirahat.

Mungkin karena melihat Kesa yang sudah menyerah, Arya pun kembali melanjutkan aktivitas dengan ponselnya sambil bersenandung riang. Bahkan sang pemuda masih sempat menunjukkan layar ponselnya yang tengah memutar sebuah podcast milik seorang user bernama ‘Bunga Teratai’ (yang tentu saja persis sesuai dugaan Kesa) dengan maksud memanas-manasinya.

Kesa hanya memilih untuk mengacuhkan Arya sambil berharap telinga pemuda itu akan mendadak tuli setelah mendengar suaranya pada episode terbaru podcast yang baru diunggah sang gadis tadi malam.

Daftar Isi Novel Late Night Talk

Bab 1

Apakah novel Late Night Talk ini merupakan tipe novel kesukaanmu? Coba buka aplikasi Cabaca, soalnya di Cabaca ada banyak novel online berkualitas, mulai dari cerita romance hingga novel komedi. Belum lagi, di aplikasinya terdapat banyak promo novel murah, baca novel mulai dari Rp5 ribu saja loh! Buktikan keseruan baca novel Indonesia terbaru dengan download di Google Play ya!

Aplikasi baca novel berkualitas di Indonesia
Aplikasi baca novel online berkualitas di Indonesia


Cari novel genre lainnya? Cek aja di sini:

  1. Novel Romance
  2. Novel Dewasa
  3. Novel Komedi
  4. Novel Horor
  5. Novel Teenlit
  6. Novel Islami
  7. Novel Thriller
  8. Novel Fantasy