Sinopsis Novel Sitti Nurbaya Karya Marah Rusli
Sinopsis Novel Sitti Nurbaya Karya Marah Rusli – Apakah kamu mencari novel Sitti Nurbaya pdf? Yuk, baca kisah siti nurbaya melalui sinopsis berikut ini.
Sinopsis Novel Sitti Nurbaya
Bagi pencinta bacaan sastra, mungkin sudah tidak asing lagi dengan nama Marah Rusli. Novelnya Sitti Nurbaya sempat mengguncang jagat kesusastraan di zamannya. Sejumlah penghargaan pun dia raih.
Waktu berlalu. Namun, novel ini tetap menjadi saksi mengenai perjuangan kemerdekaan dalam meraih cinta dan negeri, termasuk juga bagaimana sebuah buku bisa mengubah adat-istiadat yang sudah mendarah daging. Berikut merupakan cerita Siti Nurbaya singkat supaya kamu ingat kembali terhadap novel-novel yang melambung di kesusastraan Indonesia.
Sinopsis Novel Sitti Nurbaya
Siti Nurbaya pertama kali diterbitkan oleh Balai Pustaka di tahun 1922. Sampai tahun 2008, novel ini telah dicetak sebanyak 44 kali dan kemungkinan akan terus dicetak karena sangat best seller dan relate dengan kehidupan di zamannya.
Kisah dimulai dari Sitti Nurbaya dan Samsul Bahri yang sudah saling dekat sejak mereka bersekolah di sekolah rakyat. Namun, mereka tertampar oleh kenyataan.
Siti Nurbaya anak dari pedagang kaya Bagindo Sulaiman, sedangkan Samsul Bahri merupakan anak Sutan Mahmud yang seorang penghulu di Padang.
Suatu hari, mereka terpisahkan karena Samsul Bahri harus sekolah kedokteran di Jakarta. Kedua muda-mudi, memupuk cinta dalam hati masing-masing.
Naasnya tak lama kemudian, Bagindo Sulaiman jatuh miskin dan terlilit utang. Karena tidak bisa membayar utang itulah, Siti Nurbaya harus menikah dengan Datuk Maringgih.
Jarak umur keduanya sangatlah berbeda jauh. Sebagai seorang anak yang tidak ingin melihat ayahnya dipenjara, Siti Nurbaya akhirnya mau menikahi Datuk Maringgih. Siti Nurbaya dengan sukarela menikah, meskipun jauh di dalam hatinya ada nama Samsul Bahri.
Di sisi lain, Samsul Bahri sangat terpuruk saat mengetahui Siti Nurbaya telah menikah. Samsul malah nekad akan melakukan bunuh diri. Syukurlah, dapat digagalkan oleh seseorang. Dia bisa selamat dan hidup kembali.
Hanya saja kabar Samsul Bahri telah bunuh diri tersebut telah menyembar, sampai di Padang, yakni ke telinga Sutan Mahmud (ayah Samsul Bahri). Hingga Sutan Mahmud pun melakukan sejumlah cara untuk melegakan hatinya.
Waktu berlalu. Penjajahan Belanda masih tetap saja terjadi. Namun, di sebagian daerah sudah menunjukan gelagat pemberotakan. Tidak terkecuali di wilayah Padang.
Samsul Bahri yang kini menjadi opsir Belanda, dikirim pulang. Dia bertugas untuk memusnahkan pemberontakan yang dikepalai oleh Datuk Maringgih. Ketika masa itu, Balai Pustaka sangatlah berhati-hati dalam menerbitkan buku, terutama yang berbau penjajahan dan pemberotakan. Wilayah Indonesia kala itu masih dikuasai oleh Belanda, jadi sudah sewajarnya untuk berpihak kepada para kompeni.
Akhir cerita, Samsul Bahri menumpas seluruh pemberontakan yang ada di wilayah Padang. Dia pun akhirnya berhadap-hadapan dengan Datuk Maringgih. Duel tersebut terjadi sangat alot dan dramatis. Kedua anak bangsa bertengkar untuk memperebutkan wilayah kepemimpinan. Siapakah yang harus menang, pahlawan yang membela tanahnya karena dijajah atau si pemuda yang menjadi budak Belanda untuk mengalahkan pemberontakan?
Pada akhirnya, Datuk Maringgih kalah. Dia meninggal dunia. Samsul Bahri sempat dilarikan ke rumah sakit, tapi dia meninggal dunia juga karena luka parah. Plot twistnya ternyata Siti Nurbaya telah lama meninggal dunia karena diracun oleh Datuk maringgih.
Konon katanya, di Gunung Padang terdapat lima kuburan yang berjejer. Kelima kuburan tersebut adalah milik Bagindo Sulaiman, Siti Nurbaya, Samsul Bahri, Sitti Maryam (ibu Samsul Bahri) dan Sutan Mahmud (ayah Samsul Bahri).
Kisah cinta Siti Nurbaya dan Samsul Bahri barangkali memang tidak bisa disatukan di dunia, tapi mereka berjejer bersama keluarga di pemakaman. Kisah cinta yang manis dan juga ironi.
Secara garis besar dari sinopsis, dapat disadari bahwa manusia atau kehidupan itu sendiri, tidak ada yang sepenuhnya baik dan tidak ada yang sepenuhnya buruk. Kedua hal tersebut berjalan beriringan serta saling bergantian.
Apabila kamu mempelajari novel Sitti Nurbaya lebih lanjut, kamu akan menyadari bahwa landasan emansipasi wanita sudah ada di novel ini. Dalam novel, Siti Nurbaya mulai memikirkan hak-haknya, termasuk juga apakah dia harus mengikuti adat atau mempertahankan apa yang dia inginkan.
Cerita Siti Nurbaya memang bukan khas menye-menye, tapi kesederhaan itulah yang menghangatkan hati para pembacanya.
Bagaimana? Apakah kamu tertarik untuk membaca keseluruhan novelnya? Novel ini juga telah diterjemahkan ke banyak bahasa karena bisa disebut sebagai salah satu novel legendaris Indonesia.
Quotes Novel Sitti Nurbaya
Selain mempunyai intrik dan kelokalan yang kuat, novel Sitti Nurbaya juga mempunyai kalimat-kalimat indah serta bermakna dalam. Berikut ini kata-kata quote dalam novel Sitti Nurbaya yang dapat kamu kutip.
- Putih berkembang bunga kecubung. Mati tiram di tepi pantai. Maksud hendak memeluk gubung, apa daya tangan tak sampai.
- Bagaimanakah rasanya kalau kita sendiri sudah setua itu, masih dimarahi juga?
- Merah mukaku ini bukan karena panas semata-mata, melainkan memang sejak dari sekolah sudah merah juga.
- Tak boleh demikian. Seorang Kepala Negeri harus mengetahui dan memeriksa hal ini; lebih-lebih kalau pengamukan itu terjadi dalam kampung pegangan hamba.
- Sudah tiada dipanggilnya kita, tatkala ada keramaian di rumahnya, sekarang ditahannya pula keinginan hati hendak mengetahui keramaian itu.
- Tiadalah heran kita, apabila taman ini menjadi suatu tempat yang sangat menarik hati bangsa Eropa, yang tinggal di kota Padang; karena sesungguhnya amat senang perasaan dan indah pemandangan, apabila pada petang hari duduk di sana, melihat matahari terbenam di sebelah barat.
- Harapan, ingatan, dan niatnya, siang malam, petang dan pagi, tiada lain, akan menambah harta bendanya yang telah banyak itu, tiada berkeputusan dan tiada berhingga.
- Apabila sekalian orang kawin muda, tentulah akhirnya bangsanya akan berkurang-kurang orangnya atau undur dalam kesehatannya, besarnya, kepandaiannya, dan sifatnya yang lain-lain, sehingga bangsanya menjadi suatu bangsa yang daif.
- Adat ini memang ada baiknya, karena maksudnya dengan bersuka-sukaan, mengajari murid-murid yang baru masuk, supaya tahu adat istiadat, tertib sopan kepada teman sejawatnya atau orang luar pun, dan berani atas kebenaran.
- Memang tugas perempuan tiada mudah. Harus pandai menarik dan melipur hati suaminya; bukan dengan wajah yang cantik saja, tetapi juga dengan kelakuan yang baik, peraturan yang sempurna dan kepandaian yang cukup.
- Jika perempuan yang memegang talak dan aku tiada terikat oleh ayahku, niscaya tiada kupanjangkan jodoh ini.
- Bercerminlah engkau kepada badanmu sendiri! Adakah engkau sendiri berlaku sopan santun, berhati lurus dan benar, tahu adat istiadat? Jika ada iblis yang sejahat-jahatnya di atas dunia ini, tentu engkaulah iblis itu.
- Perbuatanmu ini sangat memberi malu aku, sebab tak patut sekali-kali. Ke manakah akan kusembunyikan mukaku? Bagaimana aku akan menghapus arang yang telah kaucorengkan pada mukaku ini?
Baca Juga: Novel Asmarandhana by Raisa Utari
Apakah kamu termasuk orang yang menyukai novel Siti Nurbaya? Apabila kamu menyukai cerita-cerita serupa, kamu bisa membaca novel-novel menarik lainnya di Cabaca. Di Cabaca setiap harinya akan ada novel-novel yang di-update. Gak mahal kok, di aplikasi Cabaca kamu bisa baca buku atau novel online mulai Rp5 ribu saja. Unduh di Play Store sekarang, ya. [Lisma]