Sinopsis Novel Salah Asuhan Karya Abdul Muis
Sinopsis Novel Salah Asuhan Karya Abdul Muis – Apakah kamu mencari novel Salah Asuhan pdf? Yuk, baca isi novel Salah Asuhan Abdoel Moeis melalui sinopsis berikut ini.
Novel Salah Asuhan Karya Abdul Muis
Salah satu lagi novel sastra yang ketenarannya sepanjang masa, yakni Salah Asuhan karya Abdul Muis. Abdul Muis merupakan kelahiran 3 Juli 1886. Selain sastrawan, dia juga politikus, wartawan Indonesia dan seorang pahlawan nasional. Biodatanya mentereng sekali, ya.
Salah Asuhan adalah novelnya yang diterbitkan sekitar tahun 1928. Salah Asuhan juga diterbitkan dengan judul Never the Twain, sebagai salah satu seri Modern Library of Indonesia, oleh Lontar Foundation. Berikut merupakan sinopsis novel Salah Asuhan karya Abdul Muis.
Sinopsis Novel Salah Asuhan
Tahun 1922 menjadi munculnya novel roman setelah kesuksesan Sitti Nurbaya. Setelah tahun itu, banyak sekali novel-novel Indonesia yang mengangkat tentang kisah percintaan dan takdir. Namun, Abdul Muis membuat gebrakan baru.
Alih-alih mengikuti Sitti Nurbaya, Abdul Muis berfokus bercerita tentang mentalitas pemuda Minang yang terlalu menyukai segala sesuatu tentang budaya barat dan isu modernitas, alih-alih berfokus kepada kebudayaannya sendiri.
Karena kebaruan ide itulah, akhirnya Abdul Muis dengan karyanya yang berjudul Salah Asuhan, mencetak rekor dan booming di pasaran.
Salah Asuhan diterbitkan Balai Pustaka sekitar tahun 1928. Sepanjang cerita, kamu akan mengetahui bagaimana terbenturnya budaya Indonesia, khususnya Minang dan budaya barat yang dibawa oleh kolonial.
Tokoh utama di novel ini bernama Hanafi. Dia adalah pemuda asal Solok, Sumatera Barat. Hanafi sangat pandai. Meskipun dia miskin, tapi bisa bersekolah di HBS, yakni sekolah yang khusus bagi anak-anak bangsa Eropa, Tionghoa dan pribumi elit.
Semua biaya tidaklah ditanggung oleh orang tua atau beasiswa, melainkan pamanlah yang membantu dalam melunasi biaya sekolah.
Selain itu, Hanafi juga dititipkan di keluarga Belanda. Hanafi yang setiap harinya selalu berhubungan dengan Belanda, maka sudah sewajarnya untuk lebih dekat dengan Eropa ketimbang bangsanya sendiri. Hanafi setiap hari selalu bergaul dengan orang-orang Belanda.
Suatu ketika, Hanafi jatuh cinta dengan seorang gadis Belanda bernama Corrie du Bursse. Ternyata perasaan Hanafi tidaklah bertepuk sebelah tangan. Mereka saling menyukai dan terbersit keinginan untuk saling mencintai sepanjang hidup dan menikah.
Hanya saja, mereka terkendala oleh budaya setempat yang tidak memungkinkan untuk melakukan pernikahan campuran antara pribumi dan kolonial. Hal tersebut sangatlah bertentangan dengan adat. Terutama Hanafi merupakan pemuda Minangkabau yang menganut aturan matrilineal. Seorang pemuda Minangkau haruslah menikahi perempuan Minang dengan suku dan keturunan yang baik.
Apabila Hanafi dan kekasihnya tetap bersikukuh, pernikahan mereka hanya membawa keburukan semata.
Terlebih ayah Corrie dengan sangat jelas menolak permintaan putrinya untuk menikahi Hanafi. Karena tidak ingin ayahnya marah, Corrie pun pergi ke Jakarta dan memutuskan pacarnya.
Sebagai seorang pemuda yang sangat cinta kepada kekasihnya, bagaimana dia tidak terluka dan kecewa? Namun, apa yang bisa Hanafi perbuat? Dia tidak bisa melakukan apa pun.
Hanafi pun mengalah. Dia melepaskan Corrie. Ibu Hanafi mengenalkan Hanafi kepada seorang perempuan Minang pilihan ibunya.
Hanya saja, ketika sebuah doktrin terhadap sesuatu sudah mendarah daging, maka tidak mudah mengubah itu semua. Pernikahan tidak membuat Hanafi kembali kepada kebudayaannya sendiri. Pernikahan juga tidak mampu menyingkirkan Corrie dalam hati Hanafi.
Hanafi sudah terlalu menggandrungi kebudayaan Barat dan jauh dalam hati, hanya ada Corrie. Ketika ada kesempatan pergi ke Jakarta pun, Hanafi selalu berharap untuk dapat bertemu dengan Corrie.
Segala upaya Hanafi lakukan. Dia tidak mampu menahan perasaannya sendiri.
Hanafi sekali lagi jatuh cinta kepada Corrie. Mereka akhirnya bisa menikah, dengan syarat Hanafi mengubah namanya menjadi Christiaan Han di pengadilan. Dia kini juga sederajat dengan Corrie. Karena keputusan itulah, Hanafi harus menceraikan istrinya yang ada di Minang.
Ketika seseorang sudah silau terhadap sesuatu, kemungkinan dia tidak akan bisa melepaskannya. Entah itu cinta, atau pun persepsi mengenai suatu hal. Sama seperti Hanafi yang tidak bisa melepaskan Corrie atau pun kecintaannya terhadap budaya Barat.
Waktu terus berlalu, pernikahan antara Hanafi dan Corrie tidak menemukan kata bahagia. Banyak sekali yang mereka perselisihkan, hingga Hanafi merasakan jengkel setiap harinya. Rumah terasa begitu mencekiknya. Walaupun Hanafi sudah berganti kewarganegaraan dan mengubah nama, tapi dirinya tetap tidak bisa diterima sebagai bagian dari bangsa Eropa.
Puncaknya Corrie pergi ke Semarang dan mengabdikan dirinya di sana. Karena kerinduan, Hanafi menyusul Corrie ke Semarang. Namun, kenyataan berkata lain. Corrie telah meninggal dunia karena penyakit kolera.
Bertambah sedihlah hati Hanafi. Dia juga merindukan ibu dan tanah kelahirannya. Akhirnya, Hanafi pulang ke Solok. Di sana dia juga ingin menemui Rapiah, istri yang pernah dia ceraikan dan anaknya yang bernama Syafei.
Sayangnya, Rapiah menghindar dari Hanafi. Dia tidak ingin menemui lelaki itu lagi. Rapiah juga menjauhkan Hanafi dari anak semata wayang mereka, yakni Syafei.
Sikap Rapiah menggunjang hati Hanafi. Pada siapakah Hanafi harus kembali? Dia tidak mempunyai siapa-siapa.
Akhir cerita, ditutup dengan kematian Hanafi yang tragis. Dia meminum tablet sublimat supaya dirinya bisa bersama Corrie di alam kekal.
Analisis Novel Salah Asuhan
Dari sinopsis di atas dapat kita ketahui bahwa tema dalam novel ini adalah ketidakbanggaan seorang putera nusantara terhadap negaranya sendiri. Dia tidak diinginkan orang Eropa, bukan pula sepenuhnya milik Indonesia.
Sebuah novel barangkali hanya sebuah cerita fiksi, tapi dari ketidaknyataan itulah kita belajar mengenai kenyataan. Kerapkali di masa sekarang, kita mendengarkan ataupun melihat sendiri, bagaimana para anak bangsa lebih menyukai budaya barat, ketimbang budaya diri sendiri.
Rasa cinta tanah air sewajarnya harus dipupuk sedari kecil, sehingga tidak Salah Asuhan dan mengenalkan seseorang terhadap identitas bangsanya sendiri. Kalau bukan kita yang mencintai dan melestarikan budaya sendiri, lalu kepada siapa negara ini akan diturunkan? Membaca novel ini akan memberikan sudut pandang tersendiri buatmu bahwa anak-anak bangsa sudah seharusnya untuk lebih mencintai apa yang mereka miliki, khususnya apa-apa yang ada di negaranya.
Unsur Intrinsik Novel Salah Asuhan
Dalam mempelajari kesuksesan sebuah novel, tidak lepas dari yang namanya unsur-unsur intrinsik. Di Novel Salah Asuhan, unsur intrinsiknya terdiri dari beberapa eleman di antaranya adalah sebagai berikut.
Tema: Perbedaan adat istiadat dan rasa cinta air
Alur: Menggunakan alur maju
POV: Orang ketiga
Latar/Setting: Lapangan tennis, Minangkau, Jakarta/Betawi, Semarang, dan Surabaya
Gaya Bahasa: Menggunakan gaya bahasa lama
Tokoh:
- Hanafi: Berwatak keras kepala dan kasar
- Corrie: Berwatak baik dan mudah bergaul
- Rapiah: Berwatak sabar dan baik
- Ibu Hanafi: Berwatak penyabar dan baik
- Tuan Du Busse: Berwatak tegas
- Si Buyung: Berwatak penurut
- Syafei: Berani
Baca Juga: Novel Asmarandhana by Raisa Utari
Sudah baca sinopsis novel Salah Asuhan? Bagaimana menurutmu karakter Hanafi? Bagaimanakah sebaiknya sikap Hanafi sebagai bagian dari bangsa Indonesia?
Salah satu bentuk mencintai bangsa sendiri adalah dengan membeli produk anak bangsa, salah satunya adalah dengan membaca di platform asli Indonesia. Platform baca itu bernama aplikasi Cabaca.
Di Cabaca seluruh novelnya ditulis oleh penulis-penulis hebat Indonesia. Ceritanya juga kebanyakan bercerita mengenai Indonesia dan segala konfliknya. Jangan lewatkan promo baca novel murah mulai Rp5 ribu saja. Download di Play Store dan buktikan keseruannya! [Lisma]