Novel Tentang G30S PKI yang Wajib Kamu Baca

Novel Tentang G30S PKI yang Wajib Kamu Baca

Novel Tentang G30S PKI yang Wajib Kamu Baca –  Peristiwa G30S PKI masih membekas dalam ingatan masyarakat Indonesia. Ini dia novel tentang G30S PKI yang mungkin perlu kamu baca.

Sejarah G30S PKI

Sebelumnya, kamu perlu mengetahui sejarah G30S PKI singkat. Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, Indonesia menjalankan sistem “Demokrasi Terpimpin”. Waktu itu Partai Komunis Indonesia atau PKI, sebagai partai Stalinis terbesar di luar Tiongkok dan Uni Soviet, punya jumlah anggota yang terbilang besar, yakni lebih dari 20 juta anggota yang tersebar di seluruh daerah.

Pada Juli 1959, parlemen dibubarkan. Soekarno mulai menetapkan Demokrasi Terpimpin, alih-alih Demokrasi Parlementer melalui Dekrit Presiden, dengan dukungan penuh dari PKI. PKI menyambut baik hal ini karena mereka percaya dengan konsep Nasionalis, Agama, dan Komunis (NASAKOM).

Sayangnya, meskipun sudah diubah, kepemimpinan PKI dan kaum borjuis nasional ini dianggap tidak berhasil memecahkan masalah ekonomi. Ditambah lagi, korupsi dalam birokrat dan militer malah semakin menjadi-jadi.

PKI juga menguasai banyak organisasi massa, bahkan mengontrol gerakan serikat buruh dan gerakan petani di Indonesia. Dengan persetujuan Soekarno, PKI pun memulai kampanye “Angkatan Kelima” agar mendapat dukungan dari angkatan bersenjata. Namun, para petinggi militer berseberangan hal ini hal ini.

Dari tahun 1963, PKI sendiri sebenarnya berusaha menghindari bentrokan antara p[ara aktivis, massa pendukung, dengan polisi dan militer. D.N. Aidit, sebagai pemimpin PKI, bahkan menggaungkan slogan “Untuk Ketenteraman Umum Bantu Polisi”. Aidit selalu mengimbau semua anggota PKI untuk menjaga hubungan yang baik dengan angkatan bersenjata. Ia juga mengajak para pengarang dan seniman sayap kiri untuk membuat karya-karya yang mendukung “massa tentara”.

Namun, memasuki tahun 1965 PKI mulai terlibat dalam pemerintahan secara resmi. Pada saat yang sama, para jenderal militer juga menjadi anggota kabinet. Hal ini menimbulkan pergesekan kepentingan. Hingga muncullah desas-desus bahwa Soekarno akan dilengserkan.

Puncaknya, pada hari Kamis, 30 September 1956 beberapa perwira tinggi dan jenderal diculik ke Lubang Buaya. Keenam perwira tinggi yang disebut-sebut menjadi korban G30S PKI adalah Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jenderal Raden Soeprapto, Mayor Jenderal Siswondo Parman, Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono, Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, dan Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan.

Novel Tentang G30S PKI

Peristiwa G30S PKI masih menorehkan luka hingga kini. Pasalnya, tidak hanya anggota dan aktivis PKI saja yang mendapatkan perlakuan buruk. Banyak buruh dan petani yang bahkan bukan simpatisan PKI pun terkena getahnya. Sebagian besar dari mereka harus menghadapi gejolak politik tanpa tahu apa-apa. Beberapa di antaranya menjadi tahanan politik (tapol) dan dikucilkan dalam waktu yang lama.

Oleh karena itu, tak heran jika banyak novel tentang G30S PKI yang lahir dari pengalaman tersebut. Berikut ini adalah rekomendasinya.

1. Pulang

sumber: hot.detik.com

Meski sudah lama tinggal di Paris, Dimas bersama tiga sahabatnya, yaitu Nugroho, Tjai, dan Risjaf masih dihantui rasa bersalah karena kawan-kawannya di Indonesia menjadi buronan, Kabarnya mereka ditembak atau menghilang begitu saja dalam perburuan peristiwa 30 September. Dimas mendapat kabar bahwa Surti Anandari yang merupakan istri sahabatnya bersama ketiga anaknya harus diinterogasi tentara berbulan-bulan.

Pada Mei 1998,  Lintang Utara, putri Dimas dari perkawinannya dengan Vivienne Deveraux, akhirnya berhasil memperoleh visa, untuk pulang ke Indonesia. Ia punya misi untuk mengumpulkan dan mendokumentasikan pengalaman keluarga korban tragedi 30 September sebagai tugas akhir kuliah. Ia pun kemudian menemukan sesuatu yang besar di balik jatuhnya Presiden Indonesia yang sudah berkuasa selama 32 tahun.

Novel karya Leila S. Chudori ini dengan dramatis menggambarkan bagaimana kisah persahabatan, cinta, dan pengkhianatan pada masa-masa tersebut.

2. Amba

sumber: goodreads.com

Novel karya Laksmi Pamuntjak bercerita tentang Amba yang pergi ke Pulau Buru demi mencari orang yang dikasihinya, lelaki yang memberinya seorang anak di luar nikah. Laki-laki itu bernama Bhisma, seorang dokter lulusan Leipzig, Jerman Timur.

Amba ingat betul, kekasihnya itu hilang karena ditangkap pemerintah Orde Baru dan dibuang ke Pulau Buru. Walaupun kamp tahanan politik disana telah dibubarkan dan para tapol dipulangkan, Bhisma tetap tak kembali. Apakah itu artinya Bhisma hilang selama-lamanya?

3. Ronggeng Dukuh Paruk

sumber: jeyjingga.com

Novel ini merupakan salah satu novel berlatar G30S PKI yang wajib kamu baca. Novel karya Ahmad Tohari ini mengisahkan seorang ronggeng bernama Srintil yang ingin meraih kebahagiaan yang diidamkannya. Sayangnya, kehidupannya sebagai ronggeng mengharuskan dia terus menari dan menyenangkan hati para pria yang membayarnya membuatnya tidak bisa mendapatkan kekasih sejatinya.

Adalah Rasus, sahabatnya yang sebenarnya mendiami hatinya. Namun, Rasus memilih menjadi tentara, sementara Dukuh Paruk adalah daerah target penumpasan TKI pada 1965.

4. Candik Ala 1965

sumber: id.carousell.com

Candik Ala 1965 menceritakan sebuah keluarga pada masa 1965, dari sudut pandang seorang anak kecil berusia tujuh tahun bernama Nik. Nik, layaknya seorang anak kecil yang masih polos, tidak punya pandangan politik dan kepentingan, menyaksikan satu demi satu kejanggalan yang terjadi dalam hidupnya. Contohnya saat ia setiap pulang sekolah melihat orang-orang ‘hasil tangkapan’ yang disuruh berbaris di halaman balai kota Solo. Orang-orang itu dijadikan tontonan di bawah terik matahari.

Nik dalam novel ini berusaha membuat pembaca untuk melihat peristiwa 1965 dari sudut pandang yang berbeda.

5. Roekiah 1965

novel Roekiah 1965 di Cabaca

Kalau Ronggeng Dukuh Paruk, membawa potret ronggeng berbalut sejarah 1965, maka novel ini menghadirkan budaya ludruk dalam kemelut peristiwa sejarah yang sama.  Kondisi politik tahun 1965-1969 melarang adanya segala bentuk kesenian, termasuk ludruk.

Meski begitu, Roekiah nekat menjadi pemain ludruk agar mudah menemukan ibunya, yang dipisahkan secara paksa swaktu ia masih kecil. Namun, pergerakan Roekiah ini ternyata dicurigai dan diawasi. Akankah Roekiah berhasil bertemu dengan ibunya?

Baca Juga: 5 Novel dengan Latar Pergerakan Mahasiswa yang Wajib Dibaca

Itulah tadi novel sejarah Indonesia yang bisa menambah wawasan kamu soal peristiwa G30S PKI. Salah satunya ada di platform baca novel digital kesayanganmu, Cabaca.id. Tenang, kini kamu bisa baca novel berkualitas dengan harga terjangkau, mulai Rp5 ribu saja. Buruan deh, download aplikasi Cabaca di Play Store sekarang. [Asya]

Aplikasi baca novel berkualitas di Indonesia
Platform baca novel online di Indonesia


Suka baca novel online? Cek pilihan genre di sini:

  1. Novel Romance
  2. Novel Dewasa
  3. Novel Komedi
  4. Novel Horor
  5. Novel Teenlit
  6. Novel Islami
  7. Novel Thriller
  8. Novel Fantasy



Your subscription could not be saved. Please try again.
Kamu telah berhasil subscribe. Jangan lupa buat akun Cabaca ya!

Dapatkan e-book gratis dan promo menarik lainnya!