Novel Living with An Idiot by K. A. Dachune
Novel Living with An Idiot by K. A. Dachune – “Hentikan, Barbara! Atau aku akan…“
“Akan apa? Memecatku? Tidak berhak! Tidak ada orang lain yang melihat pertengkaran kita! Dan tidak ada alasan kuat kau bisa memecatku!”
“… or I’ll going to fuck you. Over and over and over and over and over,” jawabnya.
***
Ethan Jackson dan Barbara Winsley adalah sepasang kekasih di luar kantor, tapi di kantor status mereka adalah bos dan anak magang yang merahasiakan hubungan istimewa mereka dari semua orang.
Sifat Ethan yang mesum dan bertindak bossy selalu bertabrakan dengan kepribadian Barbara yang cepat naik pitam dan susah ditebak. Akibatnya, ada saja permasalahan kecil yang selalu membuat mereka berdebat. Namun, perdebatan manis keduanya mulai membuat hubungan mereka terusik, sejak masa lalu Barbara yang ingin dia sembunyikan dari Ethan perlahan mengganggunya kembali.
Apakah Ethan akhirnya akan tetap ada di sisi Barbara meski rahasia gadis itu membuatnya kecewa?
Novel Living with An Idiot
“Sekarang pergi dari apartemenku!” teriakku dari ambang pintu kamar mandi, sementara rambutku masih penuh busa sampo dan tubuhku dililit handuk.
Aku menatap Ethan dengan kesal, dia memakan piza yang baru kupesan, dan aku tidak dapat satu pun. Dia menghabiskannya.
“Ini cuman piza tolol, Barbara!” ujarnya sambil memasang tuksedo dan mengibar-ngibarkan piza seperti bendera.
“Yeah, itu piza. Tapi, piza rasa keju, dan aku sangat suka piza rasa keju. Tidak boleh ada yang menghina piza keju!” cerocosku sambil berjalan ke arahnya dengan berlagak seperti bos. “Apalagi memakannya, kau paham, orang tolol?”
Dia mengerutkan alis dengan kesal, “Hei, jaga bicaramu, perempuan idiot. Ini cuma piza! Piza! Dan aku menyisakan satu untukmu!”
Dia bilang aku idiot. Lagi. Aku benci orang tolol itu memanggilku idiot. Apa dia tolol? Dia memang tolol!
Aku mengeraskan rahang. “Keluar-dari-apartemenku orang tolol!”
“SIAPA YANG KAU SEBUT TOLOL, TOLOL?! AKU MEMANG MAU KELUAR! APARTEMENMU SANGAT BAU!” teriaknya kembali sambil mengancingkan tuksedonya dengan cepat.
“Bau? Apa katamu bau?” Aku meraih bantal gulingku dan bersiap membunuhnya. “Lalu, apa maksudmu kemarin kau bilang apartemenku bagai surga? APA SURGA BAU?! PERGI! PERGI!” Aku memukulinya dengan guling.
Dia mencoba bertahan dengan menutup wajahnya, kemudian berlari kecil menuju pintu dan melihatku dengan sengit di sana.
“Aku bohong! Apartemenmu bau! Bahkan serangga enggan masuk ke sini! Perempuan idiot!” Lalu, dia menuruni tangga dan hilang dari hadapanku.
Tapi, tiba-tiba dia muncul lagi di pintu kamarku dan melempar boneka unicorn ke kepalaku yang penuh sabun.
Begitulah awalnya, aku tidak pernah tahu bahwa kebahagiaan—dan pertengkaran sialan—ini belum ada apa-apanya dibandingkan dengan apa yang akan kuhadapi.
Dan inilah kisahku, kenapa aku menjadi bodoh—tolong katakan betapa aku seksi juga.
***
Lagi-lagi, aku harus menjalani pendelegasian. Aku benar-benar lelah dan jariku hampir patah saat terus mengetik di keyboard. Dan beberapa kali aku harus merevisinya. Sialan manajer itu. Melanie Johnson.
Ini terlalu banyak.
Aku melihat jam dinding di samping bilik kerjaku, kemudian mengerang kesal. Istirahat makan siang terlalu lama dan aku lapar. Kurasa aku butuh spageti dengan saus tebal dan bola daging yang besar. Pasti enak.
“Hei! Aku bukan menggajimu untuk melamun!” Seseorang memukul bilik kerjaku sampai aku terlonjak dari kursi, lalu aku melihat siapa dia.
Tentu saja, dia bosku. Orang paling disegani di sini, dan terkenal sebagai pria tegas dan berwibawa, plus bisa membuatmu menunduk terus meski hanya dengan berada satu ruangan bersamanya. Tapi hanya di sini, di kantornya, dan semua tempat di seluruh dunia, kecuali di ranjangku.
Di ranjangku, dia sangat tolol.
Yeah, dia Ethan Jackson. Monyetku sayang.
Aku menatapnya dengan senyum miris. Aku benci bertemu dengannya setelah bertengkar hebat tadi pagi, dia selalu datang, padahal jabatanku dengannya dipisahkan oleh manajer. Aku cuma karyawan magang. Sementara dia bos besar.
Dan sedikit mengganggu ketika dia menggodaku seperti ini sementara aku bekerja. Tentu, dia tahu bagaimana membedakan peran di perusahaannya dan di ranjangku. Tapi, setiap saat aku melihatnya di kantor, aku bisa melihat pikirannya berputar seperti, “I need bed, condoms, and Barbara. And repeat every minutes, okay?”.
Tidak. Cukup.
Jadi, saat dia menggangguku seperti ini, yang harus kulakukan adalah tunduk dan patuh, dia bosku, kan? Dan aku tidak bisa menendang pantatnya di sini, kan? Aku bisa dipecat.
“Yes, Sir,” balasku akhirnya. “Maafkan aku. Sekarang biarkan aku bekerja.”
Dia memasang wajah seriusnya dan menatapku seperti aku adalah karyawan yang membuat perusahaannya bangkrut. “Ada masalah apa dengan pekerjaan? Kau tidak suka? Bosan? Kau bisa mengundurkan diri sebelum kontrak kerja diberikan.”
Sialan! Lihat, semua orang menontoni aku yang sedang dimarahi bos. Hhh. Apa kalian tidak punya pekerjaan lain selain menonton kami?
“Kalau aku bertanya, kau seharusnya melihat dan menjawab pertanyaanku. Apa kau tahu kalau diam seperi ini tindakan yang tidak sopan pada bos?” Dia berujar lagi dengan nada tinggi.
Aku menggigiti bibirku dan mengutuk. Lihat saja Ethan, kalau kau berani menginjak apartemenku lagi, aku akan balas dendam.
Sedikit kutukan membuatku optimis, jadi aku menarik napas dan menjawab, “Maafkan aku, Pak. Aku tidak bisa fokus karena aku lapar,” jawabku dengan senyum formal yang dipaksakan. “Aku tidak makan pagi tadi.”
“Persetan!” tukasnya masih dengan wajah yang menakutkan. “Lapar bukanlah alasan. Kau harus profesional, ini menyangkut perusahaan!”
Oh ya? Dasar lubang pantat!
“Benar sekali.” Aku mengangguk setuju. “Aku bisa fokus kalau Anda pergi. Oh! Dan satu lagi. Aku tidak bisa makan pagi karena pizaku habis! Pacarku, yang sekarang sedang koma di rumah sakit, menghabiskannya! Jadi aku hanya makan kardus pizanya.”
Dia mengangkat alis seolah tidak menduga jawabanku.
“Maksudku,” tambahku. “Dia bukan pacarku, dia cuman semacam pria gelandangan yang menumpang karena belas kasihan.”
Ethan mengedikkan bahunya tidak peduli. “Dasar pria malang,” gumamnya.
Itu kau, tolol! KAU! Singkirkan wajah tanpa dosa itu!
“Hei!” serunya. “Aku tidak peduli ya, kenapa kita harus membahas pacarmu—yang tentunya dia pasti seksi sekali? Aku sedang bahas cara kerjamu, gadis muda!”
Aku menatap mata gelapnya yang dalam. Pasti tanganku akan sakit kalau meninju hidungnya. Hei, ide yang bagus! Aku akan coba lain kali.
Ponselku berdering, membuatku mengalihkan tatapanku ke ponselku, dan jam makan siang tiba, membuat dadaku bersorak ria di dalam. Yeah! Aku butuh burger dengan tujuh lapis daging!
“Siapa itu?” tanyanya dengan ingin tahu.
Aku meraih ponselku ke dada dan berdiri dari kursi kerjaku. “Don’t be curious, Sir! And by the way, this is a lunch time!” Sambil menghardiknya, aku keluar dari bilik kerja melewatinya.
“Hei, karyawan idiot! Siapa itu?”
Sebelum melanjutkan langkahku, aku berbalik dan memberinya tatapan kematian, “Ini pacarku, dia butuh uang untuk operasi kebiri, paham?!”
“Sialan,” gumamnya.
Daftar Isi Novel Living with an Idiot
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Baca Juga: Novel Sweet Escape by Allyn Veren
Suka juga dengan cerita hot kayak gini? Jangan ragu untuk berkunjung ke Cabaca, aplikasi baca novel Indonesia. Di sana ada banyak banget loh novel yang bisa kamu baca, mulai dari novel dewasa hingga novel thriller. Eh, gak usah khawatir, cuma dengan Rp5 ribu saja, kamu bisa baca novel online yang kamu suka! Ada banyak promo dan program menarik lainnya, tapi hanya berlaku di aplikasi Cabaca. Jangan lupa install dulu di Google Play.
Cari novel genre lainnya? Cek di sini:
- Novel Romance
- Novel Dewasa
- Novel Komedi
- Novel Horor
- Novel Teenlit
- Novel Islami
- Novel Thriller
- Novel Fantasy