Novel Emergency Wedding Proposal by Choi Aerii

Novel Emergency Wedding Proposal by Choi Aerii
Photo by Katlyn Giberson / Unsplash

Novel Emergency Wedding Proposal by Choi Aerii – Tenggat waktu pencarian jodoh idaman sudah habis. Akan tetapi, Aran tetap nekat untuk mencari calon suami idamannya sendiri. Tanggal nikah bahkan sudah ditentukan, yaitu pernikahan kakaknya. Nekat saja Aran mengirim proposal nikah itu kepada Ryu, owner dari Sweet Recipes, resto dan toko patisserie langganan Aran.

Tapi apa Ryu mau diajak nikah dua minggu lagi oleh Aran?

Novel Emergency Wedding Proposal

"Sent! Bismillah, ya Allah!" Aran berseru sendiri setelah berhasil mengirimkan sebuah proposal ke email ustadzahnya.

Arancia sedang berikhtiar maksimal untuk menjemput jodoh. Zaman sekarang, sih, bukan lagi zamannya buat para perempuan menunggu jodoh atau dijodohkan. Jadi, Aran lebih aktif mencari dan membuka peluang mendapat jodoh yang diharapkannya. Mudah-mudahan saja ketemu.

Karena sudah tidak ada keperluan lagi dengan laptopnya, Aran mematikan benda pipih persegi itu. Angin yang bertiup di pagi hari, di antara pepohonan rimbun, terasa sangat sejuk dan melegakan. Aran memotong opera cake dan memasukkannya ke lidah. Kenikmatan dan rasa manisnya sempurna. Benar-benar memanjakan lidah hingga hati pun ikut berdecak riang. Sweet Recipes, the best in town!

Saat suapan kesekian kali telah masuk ke mulut, mata Aran yang tidak bisa lepas dari pemandangan sekitar, kini tertuju pada satu sosok pria yang baru saja turun dari tangga.

Pria yang mengenakan kemeja fuschia dan kaos putih di dalamnya itu terlihat sangat mencolok mata. Tubuh tingginya jelas bakal memudahkan orang melihatnya. Dengan wajah oriental tampan seperti itu, sepertinya kaum hawa tidak akan bisa melewatkannya begitu saja kalau ada.

Baru akan melambaikan tangan, Aran menghentikan dirinya sendiri. Ia kenal dengan pria itu, terbiasa juga menyapanya di sini. Akan tetapi bukan saatnya bersikap ramah seperti biasa karena tiba-tiba ada sebuah usulan keren di benaknya. Aran jadi tersenyum sendiri.

Namun tepat saat itu juga, pria itu menolehkan wajah ke arahnya. Karena Aran menyunggingkan senyum simpul, pria itu juga jadi membalas senyumnya kecil.

Entah sejak kapan ada sengatan listrik menyetrum hati Aran.

"Apa gue kirim juga ke dia, ya?"

***

"Wuess, Pak Bos, cerah banget hari ini!" Sapaan dari salah satu office boy bernama Syahrul itu membuat Ryuzaki, pemilik Sweet Recipes Cafe & Patisserie, tersenyum lebar. Bukan kali ini saja Syahrul menyapanya dengan perkataan seperti itu. Setiap kali Ryu mengenakan pakaian berwarna cerah, Syahrul pasti memujinya dengan binar.

Hari itu, Ryu mengenakan kemeja kuning lemon dengan kaos putih sebagai dalaman. Terlihat sangat cerah dan menarik perhatian mata bagi siapapun yang melihatnya. Jarang-jarang ada pria yang senang mengenakan pakaian berwarna cerah. Tetapi menurut Ryu, warna itu mencerminkan bagaimana warna hatinya.

"Biasa aja, Rul! Saya masuk dulu!" Ryu melambaikan tangan sebentar sembari pergi meninggalkan Syahrul. Kaki panjangnya menaiki tangga undakan pendek yang terdapat di pintu masuk bagian timur, khusus para karyawan Sweet Recipes. Saat kakinya menapak lantai bermotif marmer, pintu kaca berkusen kayu terbuka, saat itu juga sapaan lain datang. Namun bukan dari karyawan lain, melainkan aroma manis dan hangat yang datang langsung dari area dapur roti dan kue. Sapaan terindah di pagi hari saat perut masih kosong adalah aroma mentega dan vanilla yang hangat. Perut Ryu bertabuh girang seiring dengan aroma yang menguat. Namun sayang sekali, perut kosongnya tidak bisa diisi kali ini.

Tumpukan map di meja menjadi hal pertama yang Ryu lihat saat masuk ke dalam ruang kerja. Sebagian isinya memuat pengajuan kerjasama dari beberapa perusahaan pangan, pengajuan kerjasama untuk menjadi sponsor atau donatur, dan pengajuan-pengajuan lainnya yang sebenarnya sudah melewati saringan dari divisi yang berada di bawah Ryu. Ryu harus melihat dan memastikan lagi untuk membuat usaha restoran dan toko kuenya tetap lancar dan semakin berkembang.

Ryu duduk di kursi setelah menutup pintu. Nuansa hijau toska gelap dan berkonsep industrial ini sengaja dipilih untuk menjadi dekorasi interior ruang kerja miliknya. Suasana gelap disinyalir bisa membuat otak lebih fokus dan tenang dalam berpikir dan memutuskan. Lagipula, jendela lebar yang menghadap ke halaman timur tetap membiarkan cahaya matahari masuk. Jadi, tidak membuat gelap sama sekali.

Sebuah buku yang tergeletak di atas tumpukan majalah bisnis dan makanan, mencuri perhatian Ryu siang itu. Sebuah buku yang akhir-akhir ini menjadi bacaannya di kala senggang. Judulnya saja benar-benar mengusik hati dan mempertanyakan diri. Sampai benak Ryu mengawang, hampir tinggi, kalau saja bunyi ketukan pintu tidak menginterupsi.

"Masuk!" seru Ryu dengan suaranya yang agak berat.

"Maaf, Bos." Syahrul membuka pintu. Ia datang sambil membawa sebuah nampan berisi croissant butter dan secangkir latte panas yang masih mengepul lembut asapnya. Dua hidangan penuh dengan aroma yang menggetarkan lidah dan perut itu ditaruh di atas coffee table.

"Rul!" Ryu menginterupsi sebelum Syahrul meletakkan keduanya secara sempurna. "Ambil aja buat kamu!" serunya.

Syahrul berhenti sebelum cangkir latte menyentuh permukaan meja. "Bukannya, Bos bilang kemarin tolong bawain ini buat brunch hari ini, ya?" Syahrul mencoba memastikan, karena teringat betul pesan Ryu kemarin sebelum pulang. Ryu sempat kehabisan croissant butter kesukaannya kemarin, jadi ia sempat mewanti kepada Syahrul untuk membawakannya sebagai menu brunch.

Ryu tersenyum singkat. "Buat kamu aja, saya lagi puasa."

"Puasa?"

"Ya."

"Oalah, si Bos, meni rajin. Masya Allah. Tapi beneran ini buat saya?" tanya Syahrul dengan logat Sundanya.

Ryu mengangguk. "Ya!"

Karena melihat wajah Ryu datar tapi meyakinkan, Syahrul mengubah ekspresinya senang. "Hatur nuhun, ya, Bos. Semoga semakin sukses, semakin lancar rezekinya, dan dimudahkan jodohnya. Aamiin!" Syahrul mengusap wajah sumringahnya dengan tangan, karena ia benar-benar menengadahkan telapak tangan ke atas.

Sontak, ungkapan doa dari lisan yang meluncur tulus milik Syahrul membuat Ryu menahan tawa groginya meski hatinya pun mengaminkan.

"Kalau gitu, saya bawa ini lagi ya, Bos?" Syahrul mengangkat cangkir dan menaruh lagi ke atas nampan setelah melihat kepala atasannya mengangguk yakin. "Saya permisi dulu."

Ryu mengangguk lagi. Ia tertawa kecil tanpa suara melihat ekspresi binar dari Syahrul yang keluar dan menutup kembali pintu ruang kerjanya. Ryu menggeleng-geleng, kemudian kembali pada fokusnya yang tadi setelah pintu tertutup rapat. Sampai ia kembali mengunci tatapannya pada sampul buku berwarna biru dan merah muda itu.

'Nikah, Yuk!'

Panah asmara menusuk hatinya saat membaca judul buku. Tapi Ryu tidak memiliki cinta atau perasaan bagi perempuan manapun, setidaknya untuk saat ini. Usianya sudah di penghujung 28 tahun. Bisa dibilang masih muda. Masih ada jalan panjang untuk meniti karir dan meraih kesuksesan. Namun, kata orang di sekitarnya, ia tidak butuh apa-apa lagi selain pendamping. Masa depan sudah digenggam di tangannya bersama Sweet Recipes, hasil jerih payah orang tuanya membangun saat muda dulu. Saat ini Ryu fokus untuk mengelola, meluaskan pasar, dan mengembangkan supaya pelanggan lama tetap bertahan, dan pelanggan baru bisa didapat. Ryu memiliki semua akses yang dibutuhkan. Untuk itu, bisa dibilang, Ryu adalah lelaki mapan. Kalau untuk laki-laki, bekal mapan dan sukses saja sudah akan bisa membuat perempuan jatuh hati sampai klepek-klepek. Apalagi ras yang mengalir di dalam darah Ryu adalah ras unggul, sudah pasti tidak akan ada perempuan yang menolak kalaupun ia punya target yang disukai. Tapi pertanyaannya, siapa?

Lagi-lagi suara ketukan pintu membuat hati Ryu berjengit. Asistennya memang sedang mengambil jatah cuti, jadi hari ini siapa saja bisa masuk ke ruangannya tanpa melalui izin asistennya. "Masuk!" seru Ryu.

Pintu tidak terbuka seketika setelah jawaban Ryu. Ryu jadi mengernyit penasaran. "Masuk!" serunya lagi.

Kali ini, pintu terbuka secara perlahan, sedikit demi sedikit celahnya melebar, sehingga menampakkan seorang perempuan berpakaian gamis hitam dan kerudung kuning kunyit. Mata Ryu memicing saat melihat wajah perempuan itu menunduk dengan ekspresi malu-malu sungkan, seperti salah tingkah. Di tangannya, ada sebuah map berbahan plastik berwarna ungu bening.

Ryu kenal betul siapa dia. Itu Arancia, bisa dibilang masih berasal dari keluarga besarnya juga dari garis ibu. Hubungan mereka sebenarnya rumit, tidak ada darah yang sama mengalir dalam tubuh mereka. Tapi, mereka sudah menganggap seperti sepupu, lebih simpelnya. Ryu penasaran, ada kepentingan apa Aran tiba-tiba mendatangi ruang kerjanya.

Aran terbiasa mendatangi Sweet Recipes, tapi sebagai pelanggan. Jadi, Ryu lebih sering melihatnya duduk di antara pelanggan lain, menikmati kudapan dan hidangan penutup kesukaannya sambil mengerjakan– mungkin tugas kuliah atau pekerjaannya. Ryu juga sering mendapati Aran di rumah kedua orangtuanya saat pagi, atau malam. Ya, karena Aran adalah sahabat dari Yori – adik perempuan Ryu. Ryu merasa heran sekaligus penasaran dengan kedatangan Aran ke ruang kerjanya, sangat tidak biasa.

"Ada kepentingan apa?" tanya Ryu curiga.

Aran berdehem kecil sambil mendekati. Tubuh ramping dan tingginya berdiri di ujung meja kerja Ryu. Perempuan itu tidak sampai ke depan dan berhadapan dengan Ryu. Wajahnya masih menunduk dengan mata yang melirik ke samping kanan kiri.

"Mau kirim surat lamaran."

Mendengar jawaban Aran, Ryu semakin mengernyit. Seingatnya tidak ada lowongan pekerjaan di Sweet Recipes bulan ini, kecuali bagian cleaning service yang pegawainya baru mengundurkan diri tepat kemarin hari. Ryu tidak yakin Aran akan melamar bagian itu.

"Maaf, Ran. Tapi kamu mau melamar kerja sebagai apa di Sweet Recipes?" Ryu akan mencoba menghargai.

Ayah Aran adalah sahabat dari kakek dan neneknya, bahkan bisa dibilang adalah kakeknya juga. Hubungan kekeluargaan mereka begitu akrab. Jadi tidak mungkin Ryu langsung mengusir atau menolaknya hanya karena tidak ada lowongan yang pas di sini untuk Aran.

Tubuh Aran mendekat. Dengan ragu, perempuan itu mengangkat map ungunya, lalu menyodorkannya di atas meja Ryu. "Tolong dibaca ya, Bang! Makasih!" ucapnya cepat. Seketika itu, sosoknya sudah lari keluar, tanpa permisi, tanpa pamit. Hanya pintu yang berbunyi saat tertutup rapat.

"Ran!" panggil Ryu. Namun, Aran sudah menghilang, mungkin sudah menuruni anak tangga. Kepala Ryu menggeleng-geleng sambil tertuju pada map ungu yang diberikan oleh Aran.

Tidak banyak berpikir, Ryu lekas mengeluarkan isi map tersebut. Tiba-tiba saja hatinya terguncang hebat, membuat mulutnya menganga lebar membaca judul yang tertera di bagian depan tumpukan kertas yang dijilid rapi.

'Emergency Wedding Proposal'

Daftar Isi Novel Emergency Wedding Proposal

Bab 1

Bab 3

Baca Juga: Novel Anak Negara by zazahra

Seru ya kayaknya baca novel taaruf? Tidak usah pusing lagi kalau mau baca novel online yang legal. Kamu bisa langsung buka Cabaca, situs baca novel online dan download buku di Indonesia yang menawarkan beragam genre mulai dari novel islami sampai novel horor. Oya, kamu juga bisa baca novel murah mulai Rp5 ribu saja! Promo ini hanya di aplikasi Cabaca, makanya install dulu ya di Play Store.

Aplikasi baca novel berkualitas di Indonesia
Platform baca novel digital Indonesia


Cari novel genre lainnya? Cek di sini:

  1. Novel Romance
  2. Novel Dewasa
  3. Novel Komedi
  4. Novel Horor
  5. Novel Teenlit
  6. Novel Islami
  7. Novel Thriller
  8. Novel Fantasy