Novel Crazy in Love by Fielsya
Novel Crazy in Love by Fielsya – Amel harus menghadapi masa lalunya yang kelam ketika Rayga – mantan kekasih yang pernah mengkhianatinya, kembali hadir dalam hidupnya.
Kenangan pahit kehilangan ibunya dan perjuangannya membesarkan anaknya sendirian membuat Amel berniat untuk membalas dendam, meski Rayga telah bertunangan dengan Tania.
Tania yang sakit hati memutuskan untuk mempermalukan Amel di depan umum dengan mengungkapkan rahasia yang selama ini disembunyikan.
Bagaimana Amel menjalani kehidupannya yang sulit seorang diri? Mampukah dia menyingkirkan dendam dalam hati demi putrinya?
Novel Crazy in Love
Beberapa kali Amel mengatur napas. Tangannya masih erat menggenggam setir mobil sambil menatap gedung yang cukup tinggi yang hanya berjarak beberapa meter dari tempat dia berhenti saat ini.
Jantungnya berdegup kencang, genangan air sudah memenuhi pelupuk mata. Sesekali, Amel menunduk dan menyandarkan kening ke setir mobil sekaligus menyeka mata.
Kalau saja bukan karena keadaan yang memaksanya, Amel sungguh tidak ingin menginjakkan kaki di gedung megah yang ada di depan mata, selama Rayga, pria yang sudah membuat dia terpuruk beberapa tahun silam masih menjabat sebagai CEO di sana.
Jangankan harus bertemu lagi, mendengar nama Rayga saja jantung Amel langsung berdenyut nyeri. Sayangnya, lagi-lagi keadaan memaksa Amel mengalah. Ada Gempita, putri kesayangan, yang harus dia cukupi kebutuhannya. Apalagi, sekarang sang peri kecil sudah bersekolah, tentu saja pengeluaran mereka akan lebih banyak.
Dengan terpaksa kaki Amel menginjak pedal gas dan memarkirkan mobil tepat di depan gedung utama PT. ARTEA GREEN FARM, milik sepupunya.
Setelah mematikan mesin mobil, Amel kembali menarik napas panjang dan diembuskan dengan kencang sebelum keluar dari mobil merah bermerek Honda kesayangannya.
Kaki jenjang nan mulus memakai heels berwarna putih tampak keluar dari dalam mobil, diikuti dengan kepala yang kemudian menampilkan seluruh tubuh yang dibalut dress putih polos dengan potongan sempit di bagian atas, dan melebar di bagian bawah dengan panjang selutut. Tak lupa, tas jinjing berwarna putih gading dia tenteng untuk menambah rasa percaya dirinya.
Tak berapa lama, sebuah mobil berhenti tepat di belakang mobil Amel, membunyikan klakson beberapa kali, hingga seorang satpam menghampiri dan memintanya untuk memindahkan mobil ke tempat lain.
“Alasannya apa, ya? Kenapa saya harus memindahkan mobil saya ke tempat lain? Bukankah di sini tidak ada penanda kalau parkiran ini tidak boleh dipakai oleh tamu?” tanya Amel penasaran.
“Maaf, Ibu, tapi tempat ini adalah tempat biasanya pemimpin perusahaan ini memarkirkan mobilnya, dan beliau sudah datang.” Sang satpam menunjuk ke arah mobil sport mewah bermerek Ferrari yang ada di belakang mobil Amel.
Sontak saja Amel langsung menoleh ke belakang. Rayga. Matanya kembali berkaca-kaca, keringat dingin mulai membasahi seluruh tubuh. Namun, dengan cepat Amel mengembalikan kesadaran, mencoba tetap bersikap biasa saja walaupun luka di hatinya kembali menganga.
“Maaf, ya, Pak. Saya tidak mau memindahkan mobil saya. Di sini tidak ada tanda, kalau tempat ini dikhususkan untuk pimpinan perusahaan Anda!”
“Dia benar.” Suara Rayga sontak menghentikan perdebatan antara Amel dan satpam.
Sekilas Amel menoleh, memperhatikan penampilan orang yang sebenarnya sudah dia benci sejak lima tahun lalu. Setelan jas dan celana berwarna hitam, dipadu dengan kemeja berwarna abu tua, ditambah kaca mata hitam yang bercokol di hidung, menambah aura ketampanannya.
Untuk sejenak Amel terpaku. Kalau saja dia adalah Amel lima tahun yang lalu, sudah pasti dia akan memujinya sebagai titisan Dewa Apollo, dewa tertampan yang malang dalam urusan cinta dalam mitologi Yunani kuno, sama seperti Rayga yang tak pernah bisa mendapatkan cinta sejati, karena semua wanita yang mendekat, hanya mengincar apa yang dia miliki.
Sayangnya, kebencian dalam hati sukses mengurangi ketampanan Rayga di mata Amel. Dengan cepat sang wanita memalingkan wajah saat mata mereka beradu pandang.
Rayga melangkah maju hingga posisi antara satpam, Amel, dan di membentuk formasi segitiga. Sesekali ekor matanya ke arah samping, memperhatikan wanita yang pernah ada dalam hatinya.
Daya pikat Amel memang luar biasa sejak dulu. Bedanya, dulu dia terlihat agak tomboi, tetapi tetap cantik. Sekarang, wanita di samping Rayga ini terlihat jauh lebih dewasa, seksi, dan makin cantik. Dadanya lebih sintal dan padat. Ibarat buah mangga, makin tua, makin manis.
Imajinasi Rayga pun terlempar ke masa lalu, di mana dirinya yang pernah bersama dengan Amel di atas ranjang, berbagi peluh tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh masing-masing.
Sekarang semuanya hanya tinggal kenangan yang sangat sulit dilupakan oleh Rayga. Tak ada wanita yang bisa memahami, mencintai, dan mengerti Rayga sebaik Amel. Namun, dalam hati, harapan tak lagi luntur, terlebih saat iris coklat dengan sorot tajam yang membuatnya makin tampan, tak melihat ada cincin yang melingkar di jari manis Amel, yang menandakan sang wanita belum memiliki pawang.
Ah, Rayga terlalu berharap lebih. Tatapan sinis yang Amel layangkan, menyiratkan masih ada luka yang begitu dalam di hati Amel. Namun, bukan Rayga kalau dia tidak bisa mendapatkan apa yang dia mau. Lihat saja beberapa hari ke depan, dia pasti akan membuat sang mantan kekasih kembali dalam pelukannya.
“Lain kali, sebelum orang lain parkir di sini udah ditegur!” Nada suara Rayga terdengar lembut, walaupun begitu, sang satpam tahu, itu adalah peringatan keras untuknya. “Jangan menunggu saya datang, baru kelimpungan minta dia untuk pindah tempat. Paham?”
“Baik, Pak. Tidak akan saya ulangi,” ucap satpam sambil menunduk menyesal dan kemudian kembali ke pos.
“Ya, sudah, silakan kembali ke pos. Soal parkiran, saya bisa parkir di sebelah mobil Ibu Amel.” Rayga tersenyum kepada Amel, lalu mengedipkan sebelah mata. “Lagi pula, Ibu Amel ini juga orang penting di perusahaan ini. Tidak mungkin saya membuatnya tidak nyaman.”
Dasar buaya! Dari dulu nggak pernah berubah. Tapi, baguslah. Setidaknya dengan begini, semua rencanaku bisa berhasil dengan baik. Cuan aku dapat, balas dendam pun dapat. Amel berbicara dalam hati, sedang wajah cantik di hadapan Rayga langsung mendengkus kala sang pria kembali melempar senyum kepadanya. Tunggu tanggal mainnya, Rayga Wardhana. Lo akan membayar semua kesalahan yang udah lo lakuin ke gue di masa lalu dengan kontan, berikut bunganya.
Rayga masih memperhatikan sosok Amel. Bibir mungil yang dipoles dengan lipstik berwarna merah sungguh menggoda hasratnya. Andai saja mereka masih sepasang kekasih, sudah pasti saat itu juga Rayga akan melumat bibir Amel.
“Cantik,” gumam Rayga sambil mengenang masa-masa indah mereka dulu.
Sayang, walaupun hal itu jelas menggema di telinga, Amel enggan untuk menggubris karena merasa merasa risih. Dia pun langsung menghadapkan seluruh tubuhnya ke arah Rayga dengan tangan yang sudah terlipat di depan dada.
“Jadi, Anda hanya akan membiarkan saya terus berdiri di sini, atau akan mengajak saya masuk untuk membicarakan kontrak kerja sama kita ... Pak Rayga, oh maaf, maksud saya Pak Ardhan? Begitu, kan, para karyawan di sini memanggil Anda?” Amel sukses mengembalikan kesadaran Rayga hingga pria di hadapannya merasa salah tingkah.
“Mel, please, jangan terlalu formal. Kita bisa bicara dengan suasana yang santai, kan?” Amel enggan merespons, bahkan masih menatap sinis ke arah sang pria. “Oke, aku minta maaf atas apa yang terjadi di masa lalu. Aku emang playboy, tapi ....” Seketika perkataan Rayga terhenti saat telapak tangan Amel terangkat tepat di depan mulut si pria tampan.
“Saya ke sini untuk membicarakan pekerjaan, bukan untuk membahas masa lalu!” Bukan tanpa sebab atau merasa GR, Amel yang pernah sangat mencintai sang CEO, hafal betul bagaimana sikap dan sifat Rayga. Dia tidak akan mudah meminta maaf, kecuali sedang menginginkan sesuatu. Lagi pula, Amel juga sudah sangat malas mengingat masa lalu di antara mereka, karena sangat menyakitkan.
“Baiklah. Kita bisa bicara di ruanganku. Mari,” Rayga mengajak Amel masuk, tetapi lagi-lagi sang wanita kembali berulah, dia enggan mengikuti ajakan Rayga.
Ya Tuhan, wanita di hadapannya benar-benar menguji kesabaran Rayga. Bagaimana bisa dia sok jual mahal. Namun, Rayga harus tetap bersabar. Bukankah sesuatu yang indah memang tidak bisa didapatkan dengan mudah?
Daftar Isi Novel Crazy in Love
Bab 1
Bab 3
Bab 4
Baca Juga: Novel Wanita Terakhir by Nah_Wa
Di sini ada yang mencari novel hot terbaru? Segera pakai aplikasi Cabaca, sebuah aplikasi baca novel digital yang menawarkan lebih dari 500 judul yang terkurasi. Gak cuma novel hot, ada novel online genre lainnya di sana, seperti horor, komedi, aksi, dan sebagainya. Jika baru mau mencoba, silakan coba program Jam Baca Nasional setiap hari pukul 21.00 - 22.00 WIB untuk baca judul pilihan yang ditawarkan. Namun perlu diketahui, program ini hanya ada di aplikasi saja, sehingga pastikan sudah install aplikasi Cabaca di HP kamu, ya.