Novel Anak Negara by zazahra
Novel Anak Negara by zazahra – Lima anak.
Lima kasus pidana.
Lima latar belakang.
Ini adalah kisah 5 anak yang hidup di balik jeruji besi.
Badrun, Nazam, Firus, Setia dan Akbar memiliki watak dan kasus yang berbeda. Badrun dengan ketidakpeduliannya pada sekitar, Nazam dengan kecintaannya pada buku kedokteran, Firus dengan celotehan tanpa hentinya, Setia dengan kedewasaannya, dan Akbar dengan kemisteriusannya. Mereka belajar memahami arti pertemanan, keberanian, kepedulian, dan kesabaran. Secara perlahan mereka saling menyelami kisah satu sama lain, dan menyadari bahwa mereka saling memiliki.
Novel Anak Negara
Bima mendorong pintu menuju ruang kerja ayahnya dengan hati-hati. Malam kian merangkak larut, ia tidak ingin membangunkan ibunya yang pasti sudah terlelap. Begitu daun pintu memberi akses padanya melihat kondisi di dalam, ditemukannya pria berkacamata dengan sorot dingin tengah duduk di meja kerja, membaca dokumen entah apa.
“Pa?” sahut Bima pada pria yang tidak bergeming mendengar suaranya.
Bima masih mengenakan seragam putih-abu di balik jaket kulit hitamnya. Ia merasa gusar untuk sesaat. Diambilnya langkah mendekat dan berdiri di depan meja besar kerja ayahnya.
Senyap menjeda beberapa saat. Pria bertubuh kekar di hadapan Bima seolah menyadari remaja itu hendak mengatakan sesuatu. Bola mata hitamnya melirik sesaat. Alisnya terangkat samar. Rambut putranya agak berantakan, dan peluh tampak mengembuni keningnya.
“Ada apa?” tanya ayahnya singkat.
Bima melipat bibir dan mengulas senyum samar. “Aku butuh bantuan Papa,” ujarnya.
Ayah Bima meletakkan kacamata di meja dan menyandarkan punggungnya di kursi, menunggu putranya bicara.
“Tadi aku habis kumpul sama teman-temanku,” mulainya. “Terus, kami bawa perempuan.”
Ayah Bima menghela napas pendek. Sudah tahu betul apa yang hendak Bima katakan. Ini bukan kali pertama, sehingga ia mengenali gelagat putranya.
“Dia kayaknya...” Bima memiringkan kepala ke satu sisi. “Bakal ribut, Pa. Kan Papa tahu aku ini anak lelaki. Papa sendiri yang bilang kalau sebagai lelaki, kita punya kelebihan yang nggak bisa dipendam. Nah, aku nggak bisa mendam kelebihanku ke perempuan itu, Pa. Aku bareng sama dua temanku, sih. Ada satu lagi.”
Ayah Bima mengangkat alisnya, seolah menanyakan maksud kalimat terakhir Bima.
Bima diam sejenak dan berkata, “Tapi dia bukan temanku.”
Ayah Bima menatap putranya nyaris tanpa ekspresi. “Tidak ada perempuan lain?”
Bima paham. Ayahnya seolah berkata, "Seharusnya kamu membawa perempuan yang tidak akan meributkan apa pun."
“Ya mau gimana lagi, Pa. Teman-teman perempuanku pada sibuk semua. Nah, ketemu deh sama perempuan itu. Tapi sialnya, dia ya gitu, bakal ribut kayaknya.” Bima lekas menjelaskan. Ia merapatkan kedua tangannya di depan sang ayah dan berkata, “Bantuin kami ya, Pa. Kan kalau sampai kena, aku nggak bisa sekolah, Papa sendiri yang malu.”
Rahang ayahnya mengeras.
Bima menyeringai samar dan berkata, “Yang 'satu lagi' tadi, Papa boleh pakai dia. Kan, udah kubilang, dia bukan temanku.”
Saat ayahnya hanya mengangkat dagu untuk memintanya keluar, Bima tahu ia bisa mengandalkan ayahnya kapan pun ia butuh. Sebagai satu-satunya anak di keluarganya, Bima selalu mendapatkan apa pun yang ia mau. Orangtuanya akan menghalalkan segala hal yang Bima lakukan, benar atau tidak di mata masyarakat.
Karena memang tidak ada istilah benar dan tidak. Yang Bima pahami hanyalah suka atau tidak.
Malam ini, setelah melakukan satu tindakan yang menyenangkan hatinya namun berpotensi menimbulkan konflik berbau hukum nanti, Bima tetap bisa tidur nyenyak. Ayahnya akan selalu menyelamatkannya, kapan pun ia mau.
Begitulah cinta dan kasih sayang orangtua yang Bima pahami; seluruh keinginannya dipenuhi.
Melihat ayahnya kembali memusatkan perhatiannya pada dokumen di meja, Bima tahu ia tidak perlu mengkhawatirkan apa pun. Mulut beraroma rokok dan alkoholnya mengucapkan terima kasih pelan yang penuh percaya diri, lantas undur diri dari ruangan itu.
Wajah seorang remaja lelaki muncul sesaat di benaknya begitu ia menutup kembali pintu ruang kerja ayahnya rapat-rapat. Tidak ada perasaan bersalah. Seperti yang sudah-sudah, hanya satu yang Bima cecap.
Kepuasan.
Daftar Isi Novel Anak Negara
Bab 1
Bab 3
Bab 4
Baca Juga: Novel Switch-Case by Lista
Tertarik baca novel tentang kehidupan penjara yang satu ini? Yuk, kunjungi Cabaca, platform baca novel online yang mengutamakan kualitas di Indonesia. Kamu bisa dapatkan novel berkualitas dari berbagai genre, modal Rp5 ribu doang loh! Manfaatkan promo ini hanya di aplikasi Cabaca ya.