7 Penulis Cerita Pendek Terbaik Indonesia
7 Penulis Cerita Pendek Terbaik Indonesia – Cerita pendek atau cerpen adalah salah satu jenis karya sastra yang biasanya alurnya hanya satu saja dan dialami oleh satu tokoh saja. Tidak banyak penulis cerita pendek yang terkenal di Indonesia, beberapa nama berikut bisa kamu baca karyanya.
Penulis Cerita Pendek Indonesia
Cerita pendek Indonesia cukup digemari oleh pembaca. Formatnya yang pendek membuat kita bisa membacanya dalam sekali duduk. Selain itu, karena dibatasi jumlah kata maupun halaman, biasanya dibutuhkan kreativitas lebih besar dalam menulisnya. Makanya, tidak semua penulis Indonesia dapat menulisnya dengan baik. Di bawah ini adalah nama-nama penulis cerpen yang karyanya dapat kamu temukan di mana saja, baik dalam buku antologi, surat kabar, majalah, dan lain-lain.
1. Putu Wijaya
Bernama lengkap Gusti Ngurah Putu Wijaya, beliau telah banyak menulis cerpen. Tak hanya cerita pendek, Putu Wijaya adalah seorang penulis drama, teater, cerpen, esai, novel, skenario film dan sinetron, dan pelukis
Beberapa cerpen terbaik Putu Wijaya di antaranya adalah Gres (1982), Klop, Protes (1994), Darah (1995), dan masih banyak lagi.
2. Danarto
Apakah kamu pernah baca kumpulan cerpen berjudul Godlob? Kumcer tersebut ditulis oleh Danarto, sastrawan Indonesia yang lahir di Sragen. Beberapa karya kumcer beliau yang terkenal di antaranya Adam Ma'rifat (1982), Berhala: Kumpulan Cerita Pendek (1987), dan Setangkai Melati di Sayap Jibril (2000). Danarto juga kerap menulis naskah drama, puisi, dan terjemahan. Danarto wafat pada 10 April 2018.
3. A.A. Navis
Penulis bernama lengkap Ali Akbar Navis ini adalah seorang sastrawan, kritikus budaya, dan politikus Indonesia asal Sumatera Barat. Beliau mungkin terkenal karena kumpulan cerita pendeknya berjudul Robohnya Surau Kami (1956). Padahal, ada banyak karya A.A. Navis lainnya, misalnya Hudjan Panas (1963), Bianglala (1963) Hujan Panas dan Kabut Musim (1990), Jodoh (1999), dan lain-lain. Tak cuma itu, penulis yang juga pernah memimpin harian Semangat (1971-1972) ini pun pernah menerbitkan beberapa novelnya seperti Kemarau (1967), Saraswati: Si Gadis dalam Sunyi (1970), dan Gerhana (2004).
4. Triyanto Tiwikromo
Kalau kamu pernah mendengar nama ini, kemungkinan kamu juga pernah membaca beberapa kumpulan cerpennya seperti Rezim Sex (1987), Ragaula (2002), Sayap Anjing (2003), Anak-Anak Mengasah Pisau (2003), Malam Sepasang Lampion (2004), dan LA Underlover (2008).
Cerpen dari penulis yang pernah menjadi Redaktur Pelaksana sastra harian umum Suara Merdeka dan dosen Penulisan Kreatif Fakultas Sastra Universitas Diponegoro Semarang yang berjudul “Anak-Anak Mengasah Pisau” pernah direspons pelukis Yuswantoro Adi menjadi lukisan, pemusik Seno menjadi lagu, AS Kurnia menjadi karya trimatra, Sosiawan Leak menjadi pertujukan teater, dan sutradara Dedi Setiadi menjadi sinetron (skenario yang ditulis oleh Triyanto sendiri).
5. Hamsad Rangkuti
Salah seorang sastrawan yang sederhana ini berasal dari Sumatera Utara. Beliau menulis cerita pendek terkenal berjudul "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu". Beberapa cerpennya pun dibukukan, yakni Lukisan Perkawinan (1982), Cemara (1982), Bibir dalam Pispot (2003), Sampah Bulan Desember (2000), dan Wanita Muda di Sebuah Hotel Mewah (2016).
Penulis bernama asli Hasyim Rangkuti ini juga pernah menerima beberapa penghargaan, namun satu penghargaan yang paling membekas yang pernah dirangkum dunia sastra, yakni Khatulistiwa Literary Award 2003 untuk Bibir dalam Pispot dan Penghargaan Anugerah Kebudayaan dan Penghargaan Maestro Seni Tradisi (2014). Bersama Y.B. Mangunwijaya dan Budi Darma, beliau juga menerima penghargaan SEA Write Award (2008).
6. Umar Kayam
Kebanyakan orang mungkin mengenal nama Umar Kayam dari novelnya yang fenomenal berjudul Para Priyayi (1991). Namun, sosok yang juga Guru Besar Fakultas Sastra (kini Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Gadjah Mada ini juga punya kumpulan cerpen yang tak kalah bagus loh! Misalnya saja, Seribu Kunang-kunang di Manhattan (1972), Sri Sumarah (1985), Parta Karma (1997), dan Lebaran di Karet, di Karet (2002).
7. Seno Gumira Ajidarma
Beberapa dari kita mungkin sudah tidak asing dengan karyanya. Yang paling terkenal adalah Sepotong Senja untuk Pacarku (2002). Pastikan juga kamu harus membaca karya lain dari sastrawan yang juga sempat menjadi Rektor di Institut Kesenian Jakarta pada tahun 2016 sampai tahun 2020 ini. Contohnya adalah Manusia Kamar (1988), Penembak Misterius (1993), Saksi Mata (l994), Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi (1995), Sebuah Pertanyaan untuk Cinta (1996), Iblis Tidak Pernah Mati (1999), Dunia Sukab (2001), dan lain-lain. Salah satu cerpennya “Saksi Mata” membuat beliau memperoleh penghargaan Dinny O’Hearn Prize for Literary pada 1997.
Baca Juga: Cari Tempat Donasi Buku? Cek di Sini Yuk!
Ternyata Indonesia memiliki banyak penulis cerita pendek terbaik ya. Manakah dari penulis-penulis tersebut yang sudah kamu baca karyanya? Adakah cerita pendek yang jadi favoritmu?
Apabila kamu ingin berlatih menulis, coba aja mulai dengan menulis di aplikasi Cabaca. Cabaca adalah platform menulis yang dibayar loh! Tentunya kamu harus lolos seleksi editor dulu sebelum mendapat kontrak eksklusif dan royalti hingga 60%. Jangan lupa, pastikan untuk rajin membaca novel Indonesia terbaru agar mendapatkan inspirasi menulis. Buruan, install aplikasi Cabaca di Play Store, gratis! [Asya]