Novel Matematika, Elgo, dan Geng Bintang by Nur Afriyanti

Novel Matematika, Elgo, dan Geng Bintang by Nur Afriyanti
Photo by Crissy Jarvis / Unsplash

Novel Matematika, Elgo, dan Geng Bintang by Nur Afriyanti – Lea, cewek yang sama sekali tak pandai pelajaran Matematika, terpaksa berusaha keras mempelajari pelajaran itu karena ia akan bertanding melawan Jaka yang merupakan sepupunya. Hal itu dilakukan untuk membuktikan pada Jaka bahwa dirinya tidak bodoh seperti yang Jaka katakan.

Selain harus bersusah payah mempelajari pelajaran tersebut, Lea harus menghadapi gangguan dan teror yang benar-benar tak bisa ia tebak dari siapa, dan kenapa dirinya mendapatkannya.

Bisakah Lea memenangkan pertandingan itu?

Novel Matematika, Elgo, dan Geng Bintang

Lea mengucapkan salam, lalu mendorong pintu rumahnya yang tidak dikunci. Cewek berseragam karate itu melangkah pelan menuju dapur. Langit sudah gelap.. Latihan karate hari ini menguras cukup banyak tenaganya. Ia mendesah berat saat teringat ada PR yang belum ia kerjakan dan besok adalah hari di mana PR itu dikumpulkan.

"Capek banget, ya, ampun," keluhnya sambil mendekati meja makan. Lea melepaskan tas dan membiarkan benda itu terjatuh begitu saja ke lantai.

"Mandi dulu, Le. Kamu keringetan. Bau," perintah mamanya yang keluar dari dapur. Wanita paruh baya yang memakai celemek itu meletakkan sepiring tempe goreng di atas meja di depan Lea.

"Masa, sih?" tanyanya tak yakin. Mamanya mengiyakan dengan anggukan.

Lea meraih ujung baju bagian atasnya lalu menciumnya, seketika itu juga keningnya mengerut.

"Pantes, dari tadi aku nyium bau nggak sedap," ucapnya lalu tergelak.

"Mandi Le, mandi!" teriak mamanya.

***

Lea sekarang sudah wangi. Ia melangkah keluar kamar menuju ruang makan. Wajahnya berubah masam saat melihat orang yang tidak ia sukai kehadirannya duduk manis di meja makan. Seperti di rumah sendiri, orang itu makan dengan lahap tanpa malu-malu.

"Lo tuh suka banget ya numpang makan di rumah gue. Emang di rumah elo sendiri nggak ada makanan?" tanya Lea dengan nada tak suka. Ia menarik kasar kursi makannya, dan mendudukkan dirinya di sana dengan sedikit sentakan sampai menimbulkan deritan antara kursi dengan lantai.

"Kenapa, sih? Nggak boleh? Mama lo aja seneng-seneng aja kok gue makan di sini. Lagian kan gue sepupu lo. Wajar aja, lah." Cowok bernama Jaka itu itu melanjutkan makannya yang tertunda dengan santai. Sama sekali tak peduli tatapan tak suka Lea.

"Terserahlah, terserah!" seru Lea. Ia mengambil makanan yang ada di sana dengan porsi besar, lalu memakannya dengan lahap.

Seharusnya ia tak usah berbicara dengan Jaka. Cowok itu selalu membuatnya kesal. Ya, dia memang sepupu Lea. Sikapnya sangat menyebalkan. Cowok yang sialnya jago matematika, pelajaran yang tak pernah Lea pahami itu mempunyai sifat yang sombong. Menjadi juara olimpiade matematika yang pasti dibanggakan oleh sekolah dan keluarga membuatnya besar kepala alih-alih rendah hati.

Dari SD sampai SMP, Lea dan Jaka satu sekolah. Cowok itu selalu membangga-banggakan nilai rapor matematika dan tugas-tugasnya yang bernilai sempurna dan mengejek milik Lea yang pas atau di bawah KKM. Puji-pujian yang didapat membuat Jaka semakin membuatnya merasa menjadi salah satu orang paling hebat di dunia.

Tak jarang cowok itu mendatangi Lea hanya untuk menanyakan nilai matematika di sekolahnya. Lagaknya memang seperti orang yang bersimpati, tetapi jauh di lubuk hatinya, cowok itu cuma mau melihat nilai Lea yang buruk lalu mengolok-oloknya. Terbukti, Jaka selalu mengejeknya saat melihat nilai matematika Lea yang rendah.

Minta diajari olehnya? Tidak! Lea tak sudi diajari oleh cowok yang terlalu banyak memuji dan membanggakan diri sendiri itu.

Saat SMA, Lea dan Jaka tidak satu sekolah. Jaka si anak sombong itu sekolah di sekolah yang agak jauh dari rumahnya yang berjarak dua rumah saja dari rumah Lea. SMA Pusagi. Sedangkan Lea bersekolah di SMA Hanast yang tidak terlalu jauh dari rumahnya. Bisa ditempuh kurang lebih sepuluh menit dengan berjalan kaki. Lea senang tidak satu sekolah lagi dengan Jaka. Ia muak terlalu sering melihat cowok itu. Namun, sialnya Jaka sering main ke rumahnya. Mamanya ada di rumah hampir setiap hari, dan Jaka sangat akrab dengan beliau. Tak ada yang mempermasalahkan, karena Jaka itu sepupunya. Ya, tak ada yang mempermasalahkan, kecuali Lea. Karena setelah diamati, Jaka punya motif selain hanya main atau bersilaturahmi, yaitu membanggakan diri dan mengejek Lea yang masih tak pandai matematika.

Walaupun pasti ia sebal kalau Jaka mengejeknya, tetapi ia tak terlalu mempermasalahkan dirinya yang lemah di pelajaran matematika. Sepertinya itu bukan bidangnya. Orang tuanya pun demikian. Toh, pelajaran lainnya cukup bisa mempelajarinya, dan ia tak pernah tidak naik kelas gara-gara nilai matematikanya kecil.

Jaka sudah selesai makan. Ia minum satu gelas penuh lalu bersendawa keras. Membuat Lea yang masih makan menatapnya dengan jijik. Cowok itu malah tersenyum lebar. Ia menyugar rambutnya, menatap Lea yang sedang makan dengan tampang masam.

"Le, gue tadi nemuin nilai ulangan harian matematika lo yang nilainya dua—bener-bener dua, di kotak sampah yang ada di dapur," tutur Jaka. Ia menggeleng-gelengkan kepalanya, pura-pura prihatin padahal dirinya ingin sekali tertawa. "Dua, Le, dari sepuluh soal yang ada. Bener-bener burik nilai lo itu."

Lea sama sekali tak memedulikannya. Lagi-lagi cowok ini mengejeknya berkedok simpati antar sepupu. Ia mendecih dalam hati.

"Lo bener-bener berbanding terbalik banget sama gue, ya. Soal-soal itu tuh gampang banget, Le. Kecil." Jaka menunjuk ujung jari kelingkingnya di depan Lea yang masih tak mengacuhkannya.

"Gue curiga selama ini lo tuh nggak merhatiin kalo guru lo jelasin di papan tulis."

Perkataannya itu membuat Lea mendongak, menatapnya tajam.

"Gue merhatiin," bantahnya.

Jaka tersenyum sinis, lalu mengangguk-angguk.

Lea mengambil gelas minumannya dan meneguk isinya.

"Kalo begitu lo-nya yang tolol. Udah merhatiin dan belajar nggak bisa-bisa juga. Masih tolol aja," ujar Jaka enteng. Ia lalu terkekeh geli. "Bisa-bisanya gue punya sepupu tolol kek elo."

Lea yang masih minum berhenti meneguk, lalu menatap Jaka tajam begitu perkataan itu keluar dari bibir sepupunya. Ia menurunkan gelas yang semula menempel di bibirnya ke atas meja tanpa melepaskannya. Matanya masih menatap Jaka yang balas menatapnya dengan tatapan mengejek.

"Apa lo bilang?" tanya Lea dengan nada dingin dan tajam.

"Lo tolol banget soal pelajaran itu. Keknya, otak lo nggak ditakdirkan buat mikirin pelajaran, ya." Ia lalu tersenyum miring pada Lea.

"Kurang ajar!" amuk Lea.

Tangan Lea yang memegang gelas terangkat. Benda itu lalu melayang dan telak mengenai kening Jaka yang langsung mengaduh keras dan mengumpat.

"Bangsat!" umpat Jaka. Ia memegangi keningnya yang mulai mengeluarkan darah.

Lea bangkit dari duduknya dengan mata berkilat-kilat. "Umpatan itu lebih cocok ditujukkan buat lo!"

Jaka berdiri. Ia mengusap darah di keningnya sambil meringis. Sial, batinnya. Bagian itu mulai berdenyut-denyut menyakitkan sekarang.

"Gue ngomong yang sebenarnya," bela pada Lea.

"Gue nggak sebodoh itu, berengsek," balas Lea. Ia berjalan ke arah sepupunya tersebut. Tanpa sempat Jaka berpikir apa yang hendak dilakukannya, Lea menarik kerah baju Jaka, lalu meninju pipi cowok itu sekuat tenaga.

Jaka tidak sempat menghindar karena ia tidak mengira Lea akan melakukan itu, juga dirinya masih menahan sakit pada keningnya. Cowok itu hanya mampu mengerang dan mengumpat pada Lea. Ia juga tak sempat melawan saat Lea mendorongnya sampai terjengkang ke lantai. Jaka mengaduh keras dan mengeluarkan kata-kata kasar untuk Lea.

Lea berjongkok di sampingnya, menarik kerah bajunya, dan sekali lagi meninju pipinya.

"Lo emang cerdas soal pelajaran matematika, tapi lo bodoh banget soal menghormati orang!" bentaknya. Saat tangannya hendak meninju wajah Jaka, tangan itu dicekal dan dirinya ditarik berdiri oleh mamanya. Wanita paruh baya itu menahan tangan Lea yang berusaha melepaskan diri darinya.

"Udah, Le! Udah!" teriak mamanya.

Daftar Isi Novel Matematika, Elgo, dan Geng Bintang

Bab 4

Baca Juga: Novel Ocean And the City Lights by windtrees

Baca novel remaja bikin kamu ingin kembali ke masa sekolah ya? Di aplikasi Cabaca, ada banyak novel teenlit dengan ide cerita yang segar. Tak hanya cerita remaja, ada juga novel dewasa, horor, fantasi, dan lain-lain. Buat yang belum tahu, Cabaca adalah platform baca novel digital Indonesia yang menawarkan novel legal berkualitas, cocok untuk yang suka download novel murah. Cobain program Jam Baca Nasional setiap hari pukul 21.00 - 22.00 WIB untuk baca judul terpilih. Program tersebut hanya berlaku di aplikasi, jadi pastikan sudah install aplikasi Cabaca di Play Store.

Aplikasi baca novel berkualitas di Indonesia
Platform baca novel online di Indonesia


Suka baca novel genre lainnya? Cari di sini:

  1. Novel Romance
  2. Novel Dewasa
  3. Novel Komedi
  4. Novel Horor
  5. Novel Teenlit
  6. Novel Islami
  7. Novel Thriller
  8. Novel Fantasy