5 Puisi Widji Thukul yang Paling Populer
5 Puisi Widji Thukul yang Paling Populer - Puisi Widji Thukul merupakan puisi yang banyak diminati dan populer pada masanya, bahkan sampai saat ini. Dia merupakan sastrawan yang mendedikasikan hidupnya sebagai aktivis hak asasi manusia di Indonesia. Perjuangan Wiji Thukul untuk Indonesia sangat berpengaruh besar pada masa Orde Baru, bahkan menjadi sebuah ancaman pemerintahan pada masa itu. Ia merupakan salah satu orang yang menentang keras rezim Orde Baru, ikut berjuang membela hak asasi manusia.
Namun, pada tahun 1998 ia tidak diketahui keberadaannya, ia dinyatakan hilang. Sama seperti aktivis lainnya di masa itu. Siapa pembunuh Wiji Thukul belum diketahui. Meskipun begitu, puisi-puisi Wiji Thukul sangat populer dan benar-benar menyuarakan isi hatinya di masa itu.
Baca Juga: Menelisik Buku Favorit Pertama BJ Habibie
1. Bernyali dan Berani, Itulah Kandungan Puisi Wiji Thukul yang Berjudul “Peringatan”
PERINGATAN
Jika rakyat pergi
Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus asa
Kalau rakyat sembunyi
Dan berbisik-bisik
Ketika membicarakan masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada dan belajar mendengar
Bila rakyat tidak berani mengeluh
Itu artinya sudah gawat
Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah
Kebenaran pasti terancam
Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan!
(Solo, 1986)
Puisi di atas memiliki makna tersirat, yaitu berani dan dan bernyali. Puisi yang mampu menggerakkan massa untuk membela Hak Asasi Manusia pada zaman Orde Baru. Seperti pengarang lainnya, tulisan-tulisan dan Puisi Widji Thukul mencerminkan hatinya.
2. Puisi Wiji Thukul yang Ini, Sesuai Banget Dengan Keadaan Saat Ini, Bukan?
DI BAWAH SELIMUT KEDAMAIAN PALSU
jangan terus tindas rakyat yang membisu
jika demikian...
kalian seperti membangun bendungan yang bakal jebol
arus menggasak
hingga tamatlah kekuasaanmu
jangan jadikan rumahmu gudang penuh
barang mewah dan timbunan bahan makanan
jangan sanak familimu kaya karena bintang bintang pangkatmu
jika demikian...
kalian telah melahirkan musuh bagi anak cucumu
janganlah rampas tanah rakyat
jangan abaikan kepentingannya
sebab tanah adalah bumi tempat ibadah kepada tuhannya
tempat memuliakan dirinya dengan kerja
jika itu kau lakukan...
berarti telah kau tabur sendiri
iman kekacauan di negeri ini
jangan redam pikiran rakyat dengan paksa
jangan coba bikin ketentraman dengan penuh dengan ancaman
jika demikian...
berarti kalian telah menggugah
raksasa yang tidur di bawah
selimut kedamaian palsu
maka pada saat itulah
sejarah akan kembali membacakan
kisah kisah tirani: Yang Harus Diturunkan!

3. Puisi Ini Mengajak Massa Untuk Memberontak, Berjuang Membela HAM
SAJAK SUARA
sesungguhnya suara itu tak bisa diredam
mulut bisa dibungkam
namun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbang
dan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwaku
suara-suara itu tak bisa dipenjarakan
di sana bersemayam kemerdekaan
apabila engkau memaksa diamaku
siapkan untukmu: pemberontakan!
sesungguhnya suara itu bukan perampok
yang ingin merayah hartamu
ia ingin bicara
mengapa kau kokang senjata
dan gemetar ketika suara-suara itu
menuntut keadilan?
sesungguhnya suara itu akan menjadi kata
ialah yang mengajari aku bertanya
dan pada akhirnya tidak bisa tidak
engkau harus menjawabnya
apabila engkau tetap bertahan
aku akan memburumu seperti kutukan
Puisi di atas, memberikan isi hati Wiji Thukul, sekaligus mengajak massa untuk memberontak, membela Hak Asasi Manusia.
4. Rakyat Pada Masa Itu, Ibaratnya Bunga yang Tak Diinginkan Untuk Tumbuh dan Berkembang
BUNGA DAN TEMBOK
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau hendaki tumbuh
Engkau lebih suka membangun
Rumah dan merampas tanah
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang tak
Kau kehendaki adanya
Engkau lebih suka membangun
Jalan raya dan pagar besi
Seumpama bunga
Kami adalah bunga yang
Dirontokkan di bumi kami sendiri
Jika kami bunga
Engkau adalah tembok itu
Tapi di tubuh tembok itu
Telah kami sebar biji-biji
Suatu saat kami akan tumbuh bersama
Dengan keyakinan: engkau harus hancur!
Dalam keyakinan kami
Di mana pun – tirani harus tumbang!
Baca Juga: 5 Fakta Tentang Novel Perburuan yang Harus Kamu Ketahui
5. Puisi Ini, Pas Sekali Dibacakan Ketika Kemerdekaan RI
SUKMAKU MERDEKA
Tidak tergantung kepada Departemen Tenaga Kerja
Semakin hari semakin nyata nasib di tanganku
Tidak diubah oleh siapapun
Tidak juga akan diubah oleh Tuhan Pemilik Surga
Apakah ini menyakitkan? entahlah!
Aku tak menyumpahi rahim ibuku lagi
Sebab pasti malam tidak akan berubah menjadi pagi
Hanya dengan memaki-maki
Waktu yang diisi keluh akan berisi keluh
Waktu yang berkeringat karena kerja akan melahirkan
Serdadu-serdadu kebijaksanaan
Biar perang meletus kapan saja
Itu bukan apa-apa
Masalah nomer satu adalah hari ini
Jangan mati sebelum dimampus takdirSebelum malam mengucap selamat malam
Sebelum kubur mengucapkan selamat datang
Aku mengucap kepada hidup yang jelata
M E R D E K A...!!!!
Itulah puisi Widji Thukul yang paling populer, kamu lebih menyukai yang mana?
Untuk yang suka baca novel Indonesia gratis, yuk meluncur ke Cabaca.id karena kalau pakai aplikasi Cabaca, kamu bisa download novel sepuasnya!
